Rabu, 15 Mei 2013

ALAT PERAGA MATE MATIKA

          Alat perga merupakan media pembelajaran yang di gunakan guna membantu dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak yang butuh dengan adanya kekonkretkan. sehingga munculnya alat peraga sehingga mengkonkretkan yang abstarak dalam pembelajaran matematika.

             Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan formal pada tingkat SD sampai perguruan tinggi. Matematika  memegang peranan penting, karena matematika merupakan sarana berpikir ilmiah yang sangat mendukung untuk mengkaji IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Realisasi pentingnya pelajaran matematika diajarkan pada peserta didik, tercermin pada ditempatkannya matematika sebagai salah satu ilmu dasar untuk semua jenis dan jenjang pendidikan.
             Dengan adanya alat peraga dapat mempermudah dalam memahami matematika, memberikan sajian yang konkret serta memvisualisasikan dari suatu yang abstrak menjadi konkret. Penyebab sulitnya matematika disebabkan adanya sulitnya memahami dari matematika itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh sifat dari matematika itu sendiri yaitu bersifat abstrak. Dari hasil wawancara dari berbagai siswa dari SD sampai SMA dengan pertanyaan Apa mata pelajaran yang sulit? apa mata pelajaran yang kamu tidak sukai? dari hasil wawancara tersebut menghasilkan jawaban bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak disukai dikarenakan sulit untuk mengerjakannya.
              Dari hasil wawancara tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan tidak disukai oleh siswa. dikarenakan matematika yang bersifat abstrak. Max sobel (2004  : Max sobel) dalam bukunya mengatakan bahwa Matematika merupakan pelajaran yang menakutkan serta menjadi momok bagi siswa. hal ini menandakan adanya ketakutan bagi siswa dalam mata pelajaran yang sulit. Apalagi di tambah lagi dengan guru yang mengajarkannya hanya sebatas dinding dan kapur tulis yang hanya mengajarkan secara abstrak. Hal ini harus diadakannya perubahan dalam pembelajaran matematika yang bersifat abstark tersebut yaitu dengan menggunakan alat peraga.
             Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Alat peraga matematika adalah seperangkat benda konkrit yang dirancang, dibuat, dihimpun, atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika. Dengan alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang berupa benda konkrit yang dapat dilihat, dipegang, diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami.

       Fungsi utamanya (Pujiati : 2004) adalah untuk menurunkan keabstrakkan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut. Sementara menurut Kelly,(Kelly :2006 ) alat peraga tidak lebih berupa benda-benda, alat-alat, model, atau mesin yang dapat digunakan untuk membantu dalam memahami selama proses pemecahan masalah yang berkaitan dengan suatu konsep atau topik matematika. Benda-benda atau mainan anak-anak yang berupa bentuk-bentuk geometri dengan aneka warna dan aneka ukuran pun, dapat dianggap sebagai alat peraga yang dapat menunjang terhadap proses belajar matematika. Bruner (Erman suherman : 2002) mengungkapkan bahwa dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda konkrit (alat peraga). Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh siswa dihubungkan dengan keteraturan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Nampaklah bahwa Bruner sangat menyarankan keaktifan siswa dalam proses belajar secara penuh. Lebih disukai lagi bila proses ini berlangsung di tempat yang khusus, yaitu tempat yang dilengkapi dengan objek-objek untuk dimanipulasi siswa.
Alat peraga untuk menerangkan konsep matematika itu dapat berupa benda nyata dan dapat pula berupa gambar atau diagramnya. Alat peraga yang berupa benda-benda real itu memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungan benda-benda nyata itu dapat dipindah-pindahkan atau dimanipulasikan sedangkan kelemahannya tidak dapat disajikan dalam bentuk tulisan atau buku. Karenanya untuk bentuk tulisan kita buat gambarnya atau diagramnya tetapi tetap masih memiliki kelemahan karena tidak dapat dimanipulasikan berbeda dengan benda-benda nyatanya.
Seringkali sebuah persoalan paling baik diselesaikan atau paling tidak dapat dipahami dengan menggunakan sketsa, melipat sepotong kertas, memotong seutas tali, atau menggunakan alat peraga sederhana lainnya yang tersedia. Strategi ( Max Sobel dan Maletsky : 2002) penggunaan alat peraga dapat membuat situasi menjadi nyata bagi murid-murid sehingga membantu memotivasi, membangkitkan minat murid-murid terhadap persoalan yang dihadapi.
Kebanyakan murid memerlukan praktik untuk memelihara keterampilan matematika melalui latihan (drill). Akan tetapi, jika selalu mengulang dan berlatih keterampilan matematika dengan cara yang sama seperti yang telah dilakukan sebelumnya, menyebabkan berkurangnya minat murid. Jadi, penting bagi guru untuk mencari pendekatan baru untuk topik-topik yang sudah biasa diajarkan agar nampak baru dan menarik, salah satunya dengan penggunaan alat peraga. Alat peraga visual sering menjadi perantara untuk memotivasi pengulangan kembali materi pelajaran, menyembunyikan kesan tidak menyenangkan pada topik yang tidak menarik tetapi topik tersebut sangat diperlukan. Manipulasi model-model geometri dapat menjadi suatu jalan yang dapat membantu proses pemecahan masalah maupun sebagai aktivitas untuk menghasilkan suatu persoalan yang menuntut pemecahan masalah.
Jika alat peraga matematika dipandang sebagai media pembelajaran, maka ia mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran matematika. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Pada sisi lain alat peraga matematika dapat dipandang sebagai sumber belajar. Sedapat mungkin guru menghadirkan benda-benda konkrit (alat peraga) untuk dieksplorasi oleh siswa, sehingga mereka menemukan konsep matematika.
Tahap perkembangan pola pikir anak didik dimulai dari hal yang bersifat konkrit dan secara perlahan menuju hal-hal yang sifatnya abstrak. Pada pembelajaran matematika terutama di kelas bawah, sangat diperlukan adanya alat peraga yang dapat diamati atau dipegang oleh anak ketika melakukan aktivitas belajar. Aktivitas sedapat mungkin melibatkan seluruh indra pada manusia terutama pendengaran, penglihatan, dan perabaan. Dalam hal ini alat peraga dapat menjembatani proses abstraksi. Di samping itu, dengan alat peraga anak dapat terbantu menemukan strategi untuk memecahkan masalah. Mereka berlatih untuk menguraikan masalah dari tingkat yang sederhana dan konkrit ini, kemudian anak dapat membangun pengetahuan sendiri, memahami persoalan dan mencari strategi pemecahan masalah.
Anak selalu berhadapan dengan masalah, setiap saat mereka bermain dan beraktivitas, hal ini terjadi secara alamiah, karena mereka menghadapi hal-hal yang pada umumnya baru. Sesuai dengan tahap perkembangannya, anak mengatasi dan memecahkan masalah melalui interaksi langsung dengan objek dan lingkungan secara nyata. Bagi anak  anak cenderung akan lebih aktif dalam membangun dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan matematikanya dengan menggunakan alat peraga selama aktivitas belajar baik secara formal maupun saat bermain bebas. Sebagai contoh, siswa disediakan benda-benda konkrit untuk digunakan dalam menyelesaikan soal-soal cerita tentang operasi-operasi bilangan cacah. Model-model bangun geometri digunakan siswa untuk mengetahui sifat-sifat bangun geometri melalui kegiatan eksplorasi atau eksperimen.
Dalam menggunakan alat peraga, guru harus menggunakannya secara efektif agar memperoleh manfaat yang baik. Guru perlu mengetahui kapan, kenapa, dan bagaimana menggunakan alat peraga secara efektif di ruang kelas, meliputi kemungkinan dapat diamati (dinilai), dapat digunakan dengan baik, serta pengaruhnya dalam membantu proses belajar melalui eksplorasi alat peraga tersebut. Berkenaan dengan penilaian yang dilakukan terhadap pembelajaran menggunakan alat peraga, maka yang tepat dilakukan adalah penilaian berbasis kinerja baik untuk menilai siswa selama bekerja dengan alat peraga atau untuk menilai kemampuan siswa memecahkan masalah. Oleh karena itu, teknik penilaiannya bisa dengan observasi, portofolio dan inventori. Selain itu, tes tertulis pun dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika atau kemampuan penguasaan suatu konsep matematika






Tidak ada komentar:

Posting Komentar